PROSES
PRODUKSI
KEJU
NATURAL
Susu merupakan bahan
pangan yang terdiri berbagai nutrisi dengan proporsi yang seimbang. Penyusun
utamanya adalah air, protein, lemak, laktosa, mineral dan vitamin-vitamin.
Kandungan nutrisi yang tinggi ini akan mudah rusak karena adanya kontaminasi
mikrobia. Pada sisi lain, kandungan nutrisi tinggi dapat dimanfaatkan sebagai
substrat bagi mikrobia bakteri asam laktat untuk menghasilkan produk yang
diinginkan seperti keju (Widodo, 2003). Susu dihasilkan dari hewan ternak
seperti sapi, kerbau dan kambing.
Pengelolahan susu
bertujuan untuk menganekaragamkan produk dan selera, selain itu tujuan utamanya
yaitu mengawetkan susu agar lebih lama bila disimpan. Salah satu proses
pengolahan susu adalah pembuatan keju yang dapat memberikan dampak positif bagi
kesehatan dan secara ekonomis dapat meningkatkan nilai jual susu (Susilorini,
2006). Selain itu keju merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan akan protein hewan (Hidayati, 2003).
Keju adalah makanan
yang dihasilkan dengan memisahkan zat-zat padat dalam susu melalui proses
pengentalan atau koagulasi. Proses pengentalan ini dilakukan dengan bantuan
bakteri atau enzim tertentu yang disebut
rennet. Keju memliki hampir semua kandungan nutrisi pada susu, seperti protein,
vitamin, mineral, kalsium dan fosfor namun juga lemak dan kolesterl yang dapat
menyebabkan masalah kesehatan apabila dikonsumsi secara berlebihan. Berdasarkan
jenis pembuatan keju terbagi menjadi dua macam keju yaitu keju olahan dan keju
natural, namun untuk pembahasan tentang proses produksi yag akan dibahas hanya
keju natural. Keju natural adalah keju yang seluruh bahan pembuatnya bersumber dari
alam seperti susu, garam dan rennet atau enzim yang diproduksi diperut sapi.
Jenis-jenis keju antara lain yang dikenal masyarakat Indonesia :
1.
Parmesan
Keju yang berasal dari
Parma, Italia ini termasuk ke dalam jenis keju padat/ hard cheese.
Keju parmesan terbuat dari susu sapi dan berwarna kuning pucat. Umumnya, keju
ini dibilang matang dan siap untuk diolah setelah 3 bulan, namun ada juga yang
dibiarkan matang hingga satu tahun lamanya. Keju Parmesan biasanya sudah dijual
dalam bentuk bubuk. Umumnya, keju ini digunakan sebagai taburan keju pada
pasta, spaghetti, pizza, salad, sup, dan juga beberapa kue kering
seperti kastengels.
2.
Keju Cheddar
Kalau keju yang satu ini
kamu pasti sudah sangat familiar bukan? Keju cheddar memang salah satu jenis
keju yang paling populer, bahkan di negeri kita sendiri. Keju cheddar merupakan
keju yang berasal dari desa Cheddar di Somerset, Inggris. Keju ini juga terbuat
dari susu sapi dan termasuk ke dalam jenis keju keras. Jika keju cheddar masih
muda, warnanya terlihat kuning pucat dan tidak terlalu keras. Namun, jika
usianya semakin tua maka warnanya pun akan semakin kuning dan teksturnya
semakin keras. Keju cheddar sendiri mengandung lemak sebanyak 48 %. Pada
umumnya, keju ini digunakan sebagai bahan dasar utama membuat kue dan makanan.
3.
Mozarella
Keju
yang satu ini tentunya sudah sangat mudah kamu kenali. Bila kamu menjumpai
makanan atau kue dalam keadaan panas lalu terdapat keju yang meleleh,
bertekstur lembut, lentur dan elastis, itulah keju mozzarella! Keju ini juga
berasal dari Italia. Mozzarella biasanya terbuat dari susu sapi atau susu
kerbau. Teksturnya lembut dan rasanya begitu creamy. Keju
mozzarella pas digunakan untuk taburan makanan seperti pizza, pasta, rice
baked, lasagna, macaroni schotel dan lain-lain.
Bila memakai keju mozzarella, sebaiknya sajikan dalam keadaan hangat, karena
jika sudah dingin keju mozzarella akan kembali mengeras.
Tahapan proses produksi keju
natural
1.
Susu sapi segar
Pemilihan
susu sapi mentah yang baik akan mempengaruhi kualitas dari keju itu sendiri.
Susu mentah yang digunakan harus lulus uji laboratorium sesuai dengan ISO 22000
: 2005. Berikut penjelasan standar untuk susu mentah :
a) Standar hasil pemeriksaan logam
berbahaya
Pemeriksaan
|
Toleransi yang diperbolehkan
|
Timbal (Pb)
|
Maksimum 0.3 ppm
|
Seng (Zn)
|
Maksimum 0.5 ppm
|
Merkuri (Hg)
|
Maksimum 0.5 ppm
|
Arsen (As)
|
Maksimum 0.5 ppm
|
Organoleptik : warna, bau,
rasa dan kekentalan
|
Tidak ada perubahan
Kotoran dan benda asing
Negatif
|
b) Standar hasil pemeriksaan
Cemaran mikroba
Pemeriksaan
|
Toleransi yang diperbolehkan
|
Total Kuman
|
Maksimum 1.000.000 CFU/ml
|
Salmonella
|
Negatif
|
Eschericia coli (pathogen)
|
Negatif
|
Coliform
|
20 CFU/ml
|
Streptococcus group B
|
Negatif
|
Streptococcus aureus
|
100 CFU/ml
|
Setelah
susu segar lulus uji pemeriksaan logam berbahaya dan pemeriksaan cemaran
mikroba dilaboratorium susu segar diproses selanjutnya.
2. Proses Pasteurisasi
Proses
pasteurisasi dilakukan pada mesin pasteurisasi. pasteurisasi adalah suatu proses
pemanasan pads suhu di bawah 100º C dan dalam jangka waktu tertentu yang dapat
mematikan sebagian mikroba yang ada dalam susu. Selain ditujukan untuk membunuh
mikroba pembawa penyakit (pathogen) seperti bakteri TBC ; Coli, dll, proses
pasteurisasi yang dilanjutkan dengan pendinginan segera akan menghambat
pertumbuhan mikroba yang tahap suhu pasteurisasi juga akan merusak system
ensimatis yang dihasilkannya (misalnya enzim phosphatase, lipase, dll) sehingga
dapat mengurangi kerusakan zat gizi serta memperbaiki daya simpan suus (keeping quality) dan mempertahankan rupa
serta cita rasa susu segar. Pada proses pasteurisasi keju menggunakan metode
LTLT (Long Time Low Temerature) pada
dasarnya dilakukan dengan pemanasan susu sampai suhu 63 – 65 ºC dan dipertahankan
pada suhu tersebut selama 30 menit. Alat yang digunakan untuk LTLT berupa
tangki terbuka (open vat) dengan
pemanas tidak langsung atau lebih dikenal dengan Batch Pasteuriser.
3.
Proses Fermentasi
Setelah
proses pasteurisasi selesai, susu sapi difermentasi, berikut adalah proses
fermentasi yag dilakukan di mesin fermentor. Tujuan
dari fermentasi adalah agar enzim rennet dapat bekerja optimal. Pengasaman
dapat dilakukan dengan penambahan lemon jus, asam tartrat, cuka, atau bakteri
Streptococcus lactis. Proses fementasi oleh streptococcus lactis akan mengubah
laktosa (gula susu) menjadi asam laktat sehingga derajat keasaman (pH) susu
menjadi rendah dan rennet efektif bekerja.
Ø STARTER MESOPHILIC
• Suhu
optimum untuk tumbuh 26‐30C
• Bakteri: Leuconostoc
lactis subsp lactis; Leuconostoc lactis subsp cremoris (biasa disebut
starter tipe O pada pembuatan keju Cheddar); Leuconostoc mesenteroides
subsp cremoris.
Ø STARTER THERMOPHILIC
•
Suhu optimum untuk tumbuh 42C
•
Bakteri: Streptococcus thermophilu dan
Lactobacillus spp (Lb. helveticus; Lb. debrueckii subsp
bulgaricus, dan Lb. delbruckii subsp lactis). Banyak dipakai pada
pembuatan keju di Itali dan Swiss; namun juga dipakai pada pembuatan keju
Cheddar dan Gouda untuk memaksimalkan proses fermentasi.
Berikut
proses fermentasi pada keju :
-
Pengasaman dilakukan dengan menambahkan bakteri
yang akan
melakukan
proses fermentasi sehingga dihasilkan asam laktat dan
susu menjadi
asam
-
Selalu diikuti dengan penambahan rennet untuk
menggumpalkan
Kasein
-
Keju yang dihasilkan bisa langsung dikonsumsi
dalam keadaan
segar atau
diperam (ripening)
-
Karakteristik
unggul: citarasa, aroma, kandungan senyawa bioaktif
4.
Proses Koagulasi/ Penggumpalan
Bakteri
rennet ditambahkan ke dalam susu yang dipanaskan yang kemudia membuat protein
menggumpal dan membagi susu menjadi cair (air dadih) dan padat (dadih). Penambahan
enzim rennet : rennet memiliki daya kerja yang kuat yang dapat digunakan dalam
konsentrasi yang kecil. Perbandingan antara rennet dan susu adalah 1:1500.
kurang lebih 30 menit setelah penambahan rennet kedalam susu yang asam maka
terbentuklah curd. Bila suhu sistem dipertahankan 40° C akan terbentuk curd
yang padat. Rennet mengubah gula dalam susu menjadi asam dan protein yang ada
menjadi dadih. Jumlah bakteri yang dimasukkan dan suhunya sangatlah penting
bagi tingkat kepadatan keju, proses ini terganutng kepada banyaknya susu dan
juga suhu dari susu tersebut, semakin banyak susu maka semakin lama prosesnya,
begitupun sebaliknya. Kemudian dilakukan pemisahan curd dari whey. Rennet merupakan
istilah umum untuk bahan yang mengandung enzim proteinase yang dapat
menggumpalkan susu. Berikut adalah beberapa rennet :
Ø RENNET HEWANI
diperoleh dari abomasum ruminansia yang masih menyusui dengan enzim
proteinase utama: chymosin; enzim lain yang terkandung adalah
pepsin. Rennet hewani dapat berupa cairan, pasta maupun
kering.
Ø RENNET TUMBUHAN
diperoleh dari beberapa jenis tanaman, misalnya bunga tanaman Cynara (Cynara
cardunculus) yang tumbuh liar di Amerika Latin. Contoh
lain adalah enzim papain dari pepaya.
Ø RENNET MIKROBA
diperoleh dari mikroorganisme seperti Rhizomucor meihei, Rhizomucor pusillus, Cryphonectria
parasitica Juga enzim chymosin murni yang dihasilkan oleh bakteri hasil
rekayasa genetika.
5. Proses pemisahan Curd (Dadih) dan Whey (Air dadih)
Dari
proses koagulasi diatas adnan keju maka akan terbentuk dua lapisan yaitu Curd
(dadih) dan whey (Air dadih). Setelah dipisahkan, airdadih yang telah dipisahkan
bisa dimanfaatkan kembali untuk membuat keju jenis lain, namun untuk di
Indonesia keju yang terbuat dari air dadih kurang diminati, air dadih biasanya
langsung dibuang.
Sebelum
proses pematangan, dadih akan melalui tahap proses pencetakan, penekanan dan
pengasinan. Saat dadih mencapai ukuran optimal maka harus dipisahkan dan
dicetak. Untuk dadih-dadih kecil dadihnya dipisahkan dengan sendok dan dituang
kedalam cetakan, sedangkan untuk keju yang lebih besar, pengangkatan dari
tangki menggunakan sehelai kain,sebelum dituang kedalam cetakan, dadih tersebut
dikeringkan terlebih dahulu kemudian dapat ditekan lalu dibenuk untuk diiris. Proses
pembuangan whey dilakukan dengan pemanasan pada selama 30 menit pada suhu 40 °
C (Buckle, 1987). Setelah proses pemanasan selesai dikerjakan, lalu didinginkan
selama 1 jam sambil diaduk tiap 5 menit sekali (Hadiwiyoto, 1983). Kemudian
dilakukan penyaringan dengan kain kasa yang bersih. Penyaringan dilakukan agar
curd dan whey terpisah. Yang diambil hanya curd-nya sedangkan whey-nya dibuang
(Legowo, 2003).
6. Proses penambahan garam (Pengasisnan)
Penambahan
garam dilakukan setelah keju dibentuk agar keju tidak tawar dan terdapat empat
cara yang berbeda untuk mengasinkan keju.
a. Bagi
beberapa keju garam ditambahkan langsung kedalam curd (dadih).
b. Cara yang
kedua adalah dengan menggosokan atau menaburkan garam pada kulit keju yang akan
menyebabkan kulit keju terbentuk dan melindungi bagian dalam keku agar tidak
matang terlalu cepat.
Beberapa
keju-keju yang berukuran besar diasinkan dengan cara direndam dalam air garam
yang menghabiskan waktu berjam-jam hingga berhari-hari, selain memberikan rasa,
garam juga membantu menghilangkan air berlebih, mengeraskan permukaan,
melindungi keju agar tidak mengering serta memurnikan keju ketika memasuki
proses maturasi.
7. Proses pematangan (Maturasi)
Proses yang mengubah dadih-dadih
segar menjadi keju yang penuh dengan rasa. Pematangan disebabkan oleh bakteri
atau jamur tertentu yang digunakan pada proses produksi. Selama proses
pematangan, keju dijaga agar berada pada temperatur dan tingkat kelembapan
tertentu hingga keju siap dimakan. Waktu pematangan ini bervariasi mulai dari
beberapa minggu untuk keju lunak hingga beberapa bulan untuk keju keras.
Beberapa teknik sebelum proses pematangan yansg dapat dilakukan untuk
memengaruhi tekstur dan rasa akhir keju :
a. Stretching
: Dadiih diusung dan lalu diadoni dalam air panas untuk menghasilkan tekstur
yang berserabut, contoh keju yang melewati proses ini adlah keju Mozarella.
b. Cheddaring
: Dadih yang sudah dipotong kemudian ditumpuk untuk menghilangkan kelembapan.
Dadih tersebut lalu digiling untuk waktu yang cukup lama. Contoh keju yang
mngalami proses ini adalah keju Cheddar.
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayati,
D. 2003. Pembentukan Conjugated Linoleic Acid ( CLA) Oleh Bakteri
Asam Laktat Selama Fermentasi Susu
Kedelai. Tesis. Prodi Ilmu dan Teknologi
Pangan. Program Pasca Sarjana
jurusan Ilmu Pertanian UGM. Yogyakarta.
Widodo,
2003. Mikrobiologi Pangan Dan Industri Hasil Ternak. Lacticia press,
Yogyakarta.
Susilorini,
T.E. dan Sawitri, M.E. 2006. Produk Olahan Susu.Penebar Swadaya.
Yogyakarta.
Buckle,
K.A., R.A. Edward, G.H. Fleet, dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan.
Diterjemahkan oleh H. Purnomo dan Adiono.
Penerbit Univesitas Indonesia.
Jakarta.
Legowo,
M.A., Nurwantoro., Albaarri, A.N., Chairani, Reni., dan Purbasari Connida.
2003. Kadar Protein,
Lemak, Nilai pH Dan Mutu Hedonik Keju Cottage
Dengan Bahan Dasar Susu
kambing Dan Susu Sapi Krim. Prosiding
Seminar Nasional. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Hal : 272-277.